TRANSLATE

10 Maret 2009

POJOK JUVE: Kisah Putera Pemilik Juventus


Eduardo Agnelli namanya. Dia adalah putra tunggal Gianni Agnelli, bos besar Fiat Group, sekaligus keluarga besar pemilik klub besar Juventus. Ayahnya adalah Kristiani dan ibunya adalah seorang puteri Yahudi

Suatu hari dia menyaksikan acara debat politik di televisi Atlanta. Tema yang mereka bahas adalah tema “panas” pada saat itu: krisis di Iran pasca-Revolusi Islam. Ada empat tamu dalam acara itu. Tiga wartawan dan seorang jubir Kedubes Iran di Roma, bernama Hassan Ghadiri Abyaneh.

Abyaneh mendapat giliran bicara yang pertama. Dalam bahasa Italia, dan dengan penuh keyakinan ia berucap, “Dengan Nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan Nama Tuhan Yang Lebih Besar dari kapal-kapal induk Amerika.”

Kalimat itu membuat studio seperti tersihir, kamera seperti membeku, begitu pula Eduardo di depan televisi. Ketika debat usai, keputusan Eduardo sudah bulat: dia harus mendatangi rumah Abyaneh di Roma. Abyaneh mengenangnya dengan perkataan, “Dia datang dengan skuter butut.” Seolah-olah dia ingin dikenal sebagai orang biasa, meski bisa saja datang dengan membawa Ferrari.

Kepada satpam di mengenalkan diri dengan nama Eduardo. Dia mengatakan kenal Abyaneh di televisi, dan ingin berdiskusi sekaligus meminjam buku-buku tentang Imam Khomeini, pemimpin besar Revolusi Islam Iran.

Jawaban yang diterima awalnya negatif. Tuan rumah sedang tidak ingin diganggu karena akhir pekan adalah waktu keluarga. Sekali lagi Eduardo menitip pesan kepada tuan rumah melalui satpam; yaitu: “Pintu Tuhan tak pernah tertutup”. Segera Abyaneh keluar rumah dengan wajah bersalah. Persahabatan pun dimulai.

Abyaneh kini tau bahwa Eduardo juga seorang Muslim. Ia mengenal Islam saat kuliah di Universitas Princeton jurusan Filsafat dan Kajian Agama. Setelah membaca terjemahan Al-Quran berbahasa Inggris ia masuk Islam, namun disembunyikan dari publik. Dalam surat-suratnya ia menggunakan nama Hisham Aziz, namun dengan teman-teman Irannya ia menggunakan nama sebagai seorang Syiah, Mahdi.

Bagi Eduardo, Abyaneh adalah pintu masuknya ke Iran, bertemu dengan ulama berserban. Dia pun terbang ke Iran dan shalat Jumat di belakang Ali Khamenei—pemimpin spiritual Iran sekarang.

Saat pers Barat mencitrakan Imam Khomeini sebagai diktator haus darah, Eduardo malah menemui beliau. Mantan presiden Iran, Hashemi Rafsanjani, mengisahkan bahwa Imam Khomeini sempat mengecup kening Eduardo dan menasehati: “Banyaklah merenung dan mengingat kehidupan setelah mati”.

Eduardo menemukan kedamaian dalam Islam yang seperti itu dari sekali membaca Al-Quran. Dia pernah bercerita, “Suatu hari di New York pada saat saya berada di perpustakaan, saya sedang mencari-cari buku yang saya perlukan. Tanpa sengaja mata saya tertuju pada sebuah copy Al-Quran, sungguh saat itu saya sangat ingin tahu dan penasaran dengan kitab tersebut dan ingin mengetahui apa yang ditawarkan oleh kitab tersebut.

Akhirnya saya mengambil kitab tersebut dan mulai membaca terjemahaannya dalam bahasa Inggris. Sungguh pada saat saya membacanya tulisan dan ungkapan-ungkapan di kitab ini mempunyai sesuatu kekuatan dan petunjuk di dalamnnya, dan semua itu tidak mungkin dapat ditulis oleh seorang manusia. Saya sangat kagum dengan ungkapan-ungkapan di dalam kitab ini dan tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam, jadi saya meminjamnya dan mempelajarinya. Makin dalam saya membaca makin saya mempercayainya dan mengerti makna semua kata-katannya.”

Hubungan dengan Abyaneh pun kian erat. Namun dengan keluarga semakin menegang. Saat Eduardo mengunjungi Mashhad dan berziarah ke makam Imam Ali Ridha ia berdoa, “Aku hanya inginkan cinta dan kasih ayahku selalu ada untukku ke depan.” Namun ayahnya, Gianni, yang tahu bahwa Eduardo berkiblat ke Teheran, menyatakan di media kalau Eduardo tak layak menjadi petinggi Fiat. Lebih buruk lagi ketika Eduardo di fitnah sebagai “gila” dan “pecandu narkotika” yang dibuat keluarganya sendiri.

Husein Abdullahi, mahasiswa Iran yang belajar di Turin mengisahkan bahwa Eduardo sering menyendiri setelahnya dengan membaca buku dan Al-Quran, bahkan kadang hanya dengan lilin.

Beberapa kali Eduardo menyatakan keinginannya untuk menetap di kota teologi Syiah, Qom (Iran), untuk mendalami filsafat dan Al-Quran. Eduardo juga meminta Abdullahi untuk menghubungi Departemen Perdagangan Iran karena ia ingin “menyumbangkan sebagian kekayaanya” tanpa diketahui orang banyak.

Namun, sesuatu terjadi sebelum itu.

Kamis pagi, 15 November 2000, di jembatan raksasa yang menghubungkan Torino-Savona, Carlo Francini, seorang petugas menemukan Fiat Crona hitam terparkir ditanjakan. Lampu masih menyala, tetapi tidak ada pemiliknya.

Polisi kemudian menemukan pemilik mobil tewas di dasar jembatan, 67 meter di bawah sana. Wajahnya rusak nyaris tak bisa dikenali. Dalam kartu pengenal terlihat foto pria berwajah bersih kelahiran New York, 9 Juni 1954. Namanya: Eduardo Agnelli.

Polisi berkesimpulan bahwa Eduardo “bunuh diri”. Namun banyak sahabat yang tidak percaya. Husein Abdullahi mengatakan bahwa Eduardo bukan tipe jiwa yang rapuh. Apalagi tiga hari sebelum kejadian Eduardo masih menyatakan niatnya belajar agama di Iran.

Tahun 2001, wartawan dokumenter Iran terbang ke Italia untuk menelusuri sebab kematian Eduardo. Menurut mereka Zionis telah membunuh Eduardo untuk mencegah Fiat dipimpin oleh seorang Muslim.

Wartawan Iran sempat mendapat izin melihat kuburan Eduardo yang terletak dalam gereja mengatakan, “Kami mungkin wartawan muslim pertama yang diberi kesempatan untuk mengambil gambar kuburan Edoardo dan juga sekaligus mungkin yang pertama membacakan Al-Fatihah di kuburannya.” Langkah para wartawan terhenti. Polisi mendeportasi mereka. (Nampaknya, inilah kehidupan penuh misteri dari keluarga mafia—AR).

Di Villar Perosa, jenazah dikuburkan tanpa kafan, tidak ada Al-Fatihah. Semua dilakukan dengan cara Kristen. La Stampa, koran terbesar Torino milik Dinasti Agnelli, menurunkan brita dengan judul: “La’addio a Edoardo Agnelli” (Selamat Jalan, Eduardo Agnelli).

Sumber:
The Secret of Your Spiritual DNA karya Musa Kazhim


Baca Selengkapnya......

Buffon Bayar Kekalahan


TURIN - Menjelang leg kedua Liga Champions antara Juventus versus Chelsea di Stadion Olimppico Turin, Rabu (11/3/2009), kiper Bianconeri Gianluigi Buffon punya satu keyakinan pribadi. Gigi berani menjamin, anak-anak Claudio Ranieri akan membalik keadaan sekaligus membayar kekalahan 1-0.

"Kami harus menjaga konsistensi saat menjamu Chelsea nanti. Kami bisa berjuang keras dan membayar kekalahan di London," cetus kiper timnas Italia Buffon seperti dilansir Datasport, Selasa (10/3/2009).

Buffon pun berani mengklaim, kemenangan Juve atas Torino 1-0 di laga derby pekan lalu menambah motivasi tim sebelu bentrok melawan skuad garapan Guus Hiddink.

"Kami senang dengan hasil derby yang mampu memuaskan fans," tandas pilar yang harus mengamankan gawangnya dari serangan Pensioners tersebut.


Baca Selengkapnya......

Resep Menang untuk 'Bianconeri'


Turin - Juventus akan menjamu Chelsea dengan ketinggalan agregat 0-1. Ada resep yang disebut Alessandro Del Piero akan bisa membantu Juve membalikkan keadaan dan jadi kunci kemenangan. Apa?


Di leg kedua laga perdelapan besar Liga Champions, Juve akan bertindak sebagai tuan rumah. Meski punya keunggulan tersebut, melawan tim sekelas Chelsea yang sudah punya keunggulan agregat tentu tak mudah.

Di atas kertas, boleh jadi kekuatan kedua tim relatif merata. Maka dari itu, faktor lain bisa jadi faktor penting mereguk kemenangan.

"Kekompakan tim akan menjadi hal fundamental dan dapat membuat perbedaan antara kami dan mereka besok malam," tegas Del Piero di Channel 4.

"Kami harus menampilkan permainan yang sempurna dan memberikan 100 persen kemampuan kami sejak menit pertama," lanjut sang kapten Juve.

Selain faktor kebersamaan dari para punggawa 'Si Nyonya Tua', Del Piero juga tak melupakan betapa dukungan suporter bisa menjadi pembakar semangat mereka di lapangan. Inilah satu aspek lainnya agar mereka bisa melumat 'Si Biru'.

"Kami butuh dukungan fans untuk membantu kami membalikan ketertinggalan 0-1 dari laga tandang kemarin," demikian Del Piero.

Baca Selengkapnya......

Kenangan Buruk Del Piero Akan Hiddink


Turin - Di Piala Dunia 2002, Alessandro Del Piero dan timnas Italia harus mengakui keunggulan Korea Selatan yang saat itu ditangani oleh Guus Hiddink. Memori buruk yang tentunya ingin segera dienyahkan oleh Del Piero.

Tujuh tahun lalu Del Piero dan Azzuri berhadapan dengan Korea Selatan di babak 16 besar. Tampil sebagai unggulan, Italia harus mengakui keunggulan tim 'Gingseng', yang dibesut Hiddink, dengan skor 1-2 lewat perpanjangan waktu.

Kenangan buruk yang mengendap di benak Del Piero ini kembali terkuak di Liga Champions 2008-09, kala Juventus yang dia bela berhadapan dengan Chelsea yang ditukangi Hiddink.

"Saya tidak mempunyai kenangan yang indah akan Guus sebagai manajer Korea. Dia selalu mempersiapkan segalanya dengan baik di setiap saat dan sekarang ia mempunyai pemain-pemain yang hebat," aku Del Piero di Channel 4.

Tentu saja kenangan buruk itu berpeluang dia pupuskan, seraya bikin kenangan manis tentang Hiddink. Caranya tentu saja menendang si Meneer bersama Chelsea-nya keluar dari kancah Liga Champions.

Akan tetapi, bicara tentu mudah. Untuk melakukannya jelas takkan gampang. "Takkan mudah buat kami dan kami harus bisa menjaga penguasaan bola sebisa mungkin untuk bisa menang. Kemampuan teknis dan taktis takkan cukup, kami harus memberikan segala daya dan upaya untuk menang," tegas dia.

Bisa?

Baca Selengkapnya......

'Klub Inggris Tak Lebih Hebat, Cuma Lebih Kaya'


Turin - Musim lalu tak ada wakil Italia yang mampu menjebol gawang wakil Inggris di babak knock-out. Ini tak dilihat Claudio Ranieri sebagai kenyataan bahwa para wakil Inggris lebih hebat. Mereka hanya lebih kaya.


Di Liga Champions musim lalu, sejumlah klub Inggris bersua lawan dari Italia di fase knock-out, di mana wakil Premiership selalu berhasil melewati laga itu dengan gawang tetap perawan.

Di perdelapanfinal, Arsenal melaju dengan agregat 2-0 atas AC Milan sedangkan Liverpool melewati Inter Milan dengan total gol 3-0.

AS Roma yang berhadapan dengan Manchester United, yang kemudian jadi juara, pun gagal bikin gol. Mereka kandas di perempatfinal dengan agregat 0-3.

Pada leg pertama fase pertama knock-out musim ini, para wakil Italia juga tak bisa menjebol gawang klub-klub Inggris. Arsenal unggul 1-0 dari Roma, Inter ditahan 0-0 oleh MU, sedangkan Chelsea menang 1-0 dari Juventus.

Apakah gejala itu memperlihatkan bahwa peserta Seri A merasa inferior atau tak pede kala berhadapan dengan wakil Inggris, sampai tak kuasa bikin gol?

"Tak ada perasaan inferior di Italia, mungkin ada perasaan inferior dalam perkara uang. Hanya ada yang satu itu saja, dan itu mungkin bukan apa-apa, hanya sebuah kondisi," tegas Ranieri di AFP.

Juve sendiri akan coba membuktikannya kala menghadapi Chelsea, salah satu klub kaya raya dari Inggris, yang sedang punya mentalitas bertanding tinggi plus berbekal keunggulan 1-0.

"Memang benar (semangat bertarung) ini adalah salah satu kualitas para pemain Chelsea, selain juga ada kualitas para pemainnya sebagai individu. Chelsea sudah kembali dan dengan investasi luar biasa yang mereka punya sudah bikin mereka jadi mesin petarung luar biasa," demikian Ranieri.

Kalau kemudian Ranieri tadi malah memuji sang lawan, ini juga tak lantas mengindikasikan sebuah inferioritas, karena dia pun cukup yakin para pemainnya bisa menggulung Chelsea.

"Kami punya para pemain gemilang yang tengah tampil bagus. Juventus penting karena sejarahnya dalam sepakbola Eropa dan para pendatang baru tahu itu. Kami harus memberi lebih dari 100 persen dan kami bisa menang. Kita lihat besok malam," tegas dia di Channel 4.

Baca Selengkapnya......

Juventus Akan Temui Agen David Silva


Rencana kepindahan pemain Valencia David Silva ke Juventus menjadi selangkah lebih maju bila pertemuan yang direncanakan antara agen Silva Jose Segui dengan direktur olahraga Juve Alessio Secco menjadi kenyataan.

Menurut Tuttosport, pertemuan itu akan berlangsung di Turin setelah usainya pertandingan babak 16 besar Liga Champions melawan Chelsea.

Bianconeri memang telah berulang kali mengutarakan keinginan mereka memboyong Silva yang akan diplot untuk menggantikan Pavel Nedved yang akan pensiun akhir musim ini.

Namun hal itu selalu gagal karena keengganan Valencia untuk melepas Silva.

Kini dengan pengakuan terbuka Los Che kalau mereka siap menjual pemain karena krisis finansial, peluang terbuka lebar bagi Bianconeri untuk menuntaskan pembelian Silva.

Pemain berusia 23 tahun itu telah tampil sebanyak 14 kali bagi Valencia musim ini dan diperkirakan dapat dilepas bila Juve mampu membayar £15 juta.

Selain Silva, pemain lain yang menjadi incaran Juve untuk dibeli di musim depan adalah Franck Ribery dari Bayern Muenchen, striker Sampdoria Antonio Cassano, dan juga Ivan Rakitic dari Schalke.


Baca Selengkapnya......

Lippi: Mourinho Tak Hormati Pelatih Lain


Setelah Jose Mourinho menuai kecaman dari berbagai pihak di Serie A mengenai komentarnya, kini pelatih tim nasional Italia Marcello Lippi juga memberikan pendapat yang sama mengenai The Special One.


Lippi menilai prediksi Mourinho mengenai tak adanya gelar yang akan diraih oleh Roma dan Milan musim ini terlalu mengada-ada.

"Saya tidak ingin menghakimi siapa pun, tetapi saya rasa kita semua harus menahan diri, terutama Mourinho, yang terlalu berlebihan," ungkap Lippi saat tampil di acara Controcampo di stasiun televisi Rete 4.

"Tidak ada yang meragukan kalau Mourinho adalah pria yang cerdas dan manajer yang hebat, tetapi ia tidak menghormati rekan-rekannya sesama pelatih dan juga klub lain dalam konferensi pers tersebut."

"Posisi di liga memang telah mulai terbentuk, tetapi Inter masih tetap harus memenangkan pertandingan lagi untuk dapat dipastikan menjadi juara. Masih banyak pertandingan penting yang harus dilakukan."

Dalam topik yang berbeda, Lippi tidak mau menanggapi lebih jauh mengenai kemungkinan Amauri tampil membela Azzurri setelah striker itu semakin dekat menjadi warga negara Italia.

Seperti diketahui, istri Amauri kini telah lebih dulu mendapatkan paspor Italia.

"Saat ini Amauri adalah pemain Brasil dan saya hanya akan berbicara mengenai pemain Italia."

"Bila ia menjadi warga negara Italia, maka kami akan membicarakan dirinya. Tak diragukan lagi kalau ia adalah pemain yang hebat."


Baca Selengkapnya......

Sissoko Cidera


Menurut La Gazzetta dello Sport, Sissoko mengalami cedera metatarsal pada kaki kirinya.
Cedera tersebut didapat Sissoko kala membela Juventus saat melawan Torino dalam lanjutan Serie A Italia pekan ini.

"Mohamed Sissoko mengalami trauma pada kaki kirinya yang disebabkan oleh keretakan metatarsal," demikian pernyataan pihak Juventus.

Karena kondisi itu, Sissoko kemungkinan akan absen hingga dua bulan ke depan. Bukan tidak mungkin laga Juventus kontra Torino menjadi laga terakhirnya di musim ini.

Kepastian masa istirahat Sissoko akan dibeberkan setelah dia menjalani pemeriksaan lebih lanjut pekan ini.


Baca Selengkapnya......